Jumat, 6 Oktober 2023, SMAN 2 Mataram memperingati Kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan Maulid tahun ini terasa berbeda karena untuk pertama kalinya, SMAN 2 Mataram mengaitkannya dengan tradisi perayaan yang biasa dilaksanakan masyarakat Sasak di Lombok yakni dengan membawa “dulang penamat”. Kepala SMAN 2 Mataram, Abdul Kadir Alaydrus, S.P., M.Pd. menjelaskan bahwa perayaan dengan mengaitkan dengan tradisi Islami ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan pada Nabi sekaligus mengenalkan dan memperkuat tradisi Islami yang telah ada dan mendarah daging dalam masyarakat.
Peringatan Maulid menghadirkan dua narasumber, yakni L. Ibrahim, S.Pd., M.H. (Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB) serta Prof. Dr. TGH. Maimun Zubair, M.Pd. (dosen dan Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Mataram). Kabid Kebudayaan Dikbud NTB dalam sambutannya menekankan pentingnya siswa mengenal adat dan tadisi, misalnya adat budaya Sasak. “Adat berkaitan dengan nilai-nilai positif dalam budaya dan tradisi, sehingga orang yang beradat akan selalu bersikap baik, memperhatikan etika, dan akan selalu saling menghargai”, ujarnya. Beliau memberi contoh, Gendang Beleq sebagai adat yang bila dilakukan dengan memperhatikan ketertiban umum akan menjadi adat yang baik. Di sisi lain, Kecimol yang dilakukan di jalan raya dan mengganggu ketertiban umum, bukanlah adat, melainkan perbuatan yang tidak menghargai kepentingan masyarakat. Beliau juga memberikan contoh bagaimana adat dalam keluarga yang harus diperhatikan dan ditumbuhkan agar keluarga tetap utuh, harmonis, dan penuh kebahagiaan. Dalam kaitannya dengan tradisi Maulid di Lombok, ditekankan bahwa tradisi Maulid ini adalah tradisi yang baik, tradisi Islami yang menjadi milik masyarakat Islam dan harus terus dipelihara.
Prof. Dr. TGH. Maimun Zubair, M.Pd, dalam ceramahnya menekankan dua hal, yakni pentingnya bersholawat kepada Nabi dan tantangan kaum milineal yang harus dihadapi dengan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai solusi. Guru Besar UIN Mataram ini menjelaskan bahwa Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi, padahal derajat Allah SWT yang Maha Pencipta, jauh lebih tinggi daripada Nabi SAW. Kalau Allah SWT saja bersholat pada Nabi Muhammad, maka mestinya kita sebagai umat beliau, yang derajat kita jauh di bawah Nabi, sangat wajar untuk bersholawat kepada Nabi Muhammmad SAW. Kecintaan kepada Nabi harus dimulai dari hati, sehinnga untuk mencintai Nabi ‘tidak perlu dalil’, cukup dengan mencintai dengan hati sepenuh hati. Bersholawat pada Nabi akan dapat mengantarkan seseorang untuk masuk syurga Allah SWT.
Dalam konteks kekinian, Prof. Maimun menjelaskan empat fenomena yang harus diwaspadai siswa sebagai kaum milenial. Pertama, show off yakni sikap atau perilaku pamer, yang selalu ingin menunjukkan atau memamerkan diri ke publik terutama melalaui media sosial. Sikap ini menjadi berbahaya karena kaum milineal selalu ingin mendapat perhatian dan pujian dan seolah tidak lagi ingin punya privacy. Hal yng diinginkan adalah terkenal, tanpa memedulikan cara yang ditempuh untuk terkenal. Kedua, nomophobia (no mobile phobia), yaitu ketakutan untuk beraktivitas sehari-hari tanpa gadget atau berada jauh dari ponselnya. Kaum milinela memiliki ketergantungan yang sangat besar pada ponsel dan media sosial sehingga kaum melilenial merasa rugi kalua jauh dari ponsel. Ketiga, phubbing yakni sikap kaum milenial yang asyik denganm ponsel atau gadget dan mengabaikan orang lain atau lingkungan di sekitanya. Keempat adalah adanya efek keyakinan bahwa di ponsel semua informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan sangat mudah. Hal ini membuat kaum mileal menjadi malas berliterasi, malas membaca, malas mendapatkan informasi-informasi dari sumber-sumber lain.
Rasulullah SAW memebrikan solusi untuk menghadapi empat masalah tersebut yang pada pokoknya adalah membatasi diri dan mengatur penggunaan ponsel dengan penuh kesadaran. Dalam konteks keislaman, mendekatkan diri pada keraian majelis taklim adalah solusi dan menyepi dengan melakukan sholat malam adalah solusi lainnya. Membaca Al-Quran secara teratur dan istiqomah juga menjadi salah satu alternatif.
Peringatan Maulid Nabi yang dipusatkan di halaman tengah Smanda tersebut juga dirangkai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tema 1 “Bangunlah Jiwa dan Raga”. Karakter sehat jiwa dalam menghayati nilai-nilai keagamaan serta kolaborasi dan gotong royong dalam tim kelas merupakan karakter-karalter yang ingin diperkuat dalam kegiatan ini, selain karakter religius.