Pembelajaran Berdiferensiasi Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kelas X 7 Fase E SMAN 2 Mataram
Wahyuningsih1, Yenni Afrillianti2, Sahlan3, Muaini4, Daeng Siti Hurriyah5
1Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram, Indonesia
2SMAN 2 Mataram, Indonesia
*Coresponding Author: wahyuniny34@gmail.com
*Tautan pdf. https://drive.google.com/file/d/1n4gB5cNMqdHa-KzU0XQxV33MEQ1ncoLC/view?usp=sharing
Abstrak: Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar peserta didik kelas X 7 pada materi sejarah seputaran Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada kelas X 7 di SMA Negeri 2 Mataram semester 2 Tahun ajaran 2023/2024. Subjek penelitian sebanyak 36 peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua tindakan siklus yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif berupa tes tulis dan metode penelitian kualitatif menggunakan lembar pengamatan dan lembar refleksi diri. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran berdiferensiasi menggunakan metode (Project Based Learning) PjBL dapat meningkatkan hasil belajar pada materi sejarah seputaran Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dengan pencapaian ketuntasan belajar dari kondisi awal pra siklus diperoleh 36,11% menjadi 88,89% pada siklus I dan menjadi 100% pada siklus II.
Kata Kunci: Hasil Belajar Sejarah, Pembelajaran Berdiferensiasi, Model Project Based Learning (PjBL)
PENDAHULUAN
Belajar merupakan aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono, Hariyanto: 2014). Berbicara masalah pendidikan, pada dasarnya merupakan sarana strategis dalam meningkatkan potensi pengetahuan agar peserta didik dapat mengambangkan kreatifitas, kemampuan individu dan tataran kehidupan masyarakat. Pengembangan sumber daya manusia menjadi tugas dan tanggung jawab pendidik dalam menuntun potensi-potensi tiap peserta didik dengan memfasilitasi kebutuhannya sehingga mampu menyerap dan memahami apa yang disampaikan dan dipelajari untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Identifikasi yang dilakukan menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran masih belum banyak perubahan. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan sistem pembelajaran yang melihat semua peserta didik itu sama, baik dari gaya belajar dan capaian hasil belajar. Hal ini dikarenakan guru tidak melihat keberagaman dan kemampuan peserta didik. Guru seolah-olah mengajari satu orang peserta didik dalam satu kelas, sedangkan dalam satu kelas tersebut terdapat lebih dari 30 peserta didik yang mempunyai keunikan, kemampuan dan keberagaman pengalaman belajar. Dari keberagaman tersebut guru hanya menggunakan satu treatmen pembelajaran yang bisa dikatakan kurang mengakomodir seluruh kebutuhan siswa, sehingga tidak jarang pembelajaran yang disampaikan sulit untuk diterima oleh peserta didik dan menjadikan motivasi belajar kurang. Seorang pendidik haruslah sadar bahwa setiap anak adalah unik. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda antara satu anak dengan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan bahwa penyeragaman hal-hal yang tidak bisa di seragamkan telah menjadi sebuah budaya pada proses pembelajaran yang tidak membedakan minat, bakat, kesiapan belajar, profil belajar serta keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain yang saat ini harus menjadi perhatian dan upaya perubahan untuk mengakomodir perbedaan tiap peserta didik yang satu dengan yang lain.
Berbicara masalah pendidikan, guru harus mengupayakan pembelajaran yang bermakna. Setiap guru, termaksud guru sejarah harus memiliki cara yang dapat menarik perhatian peserta didik agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu cara dalam mengatasi masalah peserta didik yang kurang dalam minat belajar adalah memanfaatkan pembelajaran yang menekankan kepada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik salah satunya adalah pembelajaran berbasis projek. Afriani (2015) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis projek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi setiap peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk atau karya yang dihasilkan dalam proses belajar berbasis projek.
Dengan adanya kasus tersebut, Pendidikan seharusnya bisa mengakomodasi begala bentuk perbedaan yang ada pada peserta didik. Memfasilitasi kebutuhan- kebutuhan yang dibutuhkan oleh tiap peserta didik, keberagaman tersebut harus selalu diperhatikan mengingat tiap peserta didik hidup dan tumbuh di lingkungan dan budaya yang berbeda. Sesuai dengan hal tersebut, sebisa mungkin guru dapat mendesain pembelajaran yang memperhatikan keberagaman peserta didik agar pembelajaran yang dihasilkan mampu mengakomodir seluruh kebutuhan belajar peserta didik.
Melalui pembelajaran berdifensiasi dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), peserta didik akan dipetakan berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan guru memberikan masalah untuk mendapatkan konten, mengembangkan gagasan, serta menoptimalkan karya pembelajaran dan ukuran penialain sehingga seluruh anak di dalam satu ruangan kelas yang memiliki kecakapan beragam bisa belajar secara optimal. Dari latar belakang tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan untuk untuk menyusun dan mendeskripsikan kajian mengenai:
- Bagaimana penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dalam pelajaran sejarah kelas X 7 di SMA Negeri 2 Mataram dilaksanakan?
- Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap strategi pembelajaran berdiferensiasi menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dalam pelajaran sejarah kelas X 7 di SMA Negeri 2 Mataram?
KAJIAN TEORI
- Pembelajaran Berdifensiasi
Pembelajaran berdifensiasi adalah proses asimilasi keragaman untuk memperoleh informasi, menciptakan ide, dan mengaktualkan apa yang mereka pelajari (Tomlinson: 2001). Pembelajaran berdifensiasi terjadi dengan menciptakan lingkungan belajar yang majemuk, dan memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk meraih kepuasan dalam memproses ide untuk membangkitkan sebuah hasil tiap anak sehingga mereka belajar dengan sangan efektif. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Tompinson (dalam Marlina: 2) bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir, menuntun dan menghargai kemajemukan peserta didik dalam belajar sesuai kesiapan belajar, minat dan profil belajar peserta didik. Ketiga aspek tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
a. Kesiapa belajar peserta didik
Kesiapan belajar peserta didik adalah kesanggupan untuk mempelajari materi baru. Kesiapan belajar tidak diartikan sebagai kemampuan peserta didik, kesiapan belajar yang dimaksud digambarkan sebagai rentang belajar mengajar dengan tingkatan yang berbeda pada masing-masing peserta didik. Melalui rentang tersebut akan diketahui peserta didik yang telah siap akan bergerak maju, sedangkan anak dengan kesiapan belajar kurang akan bergerak mundur dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sementara Marlina (2020:22) menggambarkan kesiapan siswa sebagai bentuk kedekatan dengan tujuan belajar yang ditentukan.
b. Minat peserta didik
Minat adalah salah satu motivator terpenting dalam mencapai sebuah tujuan. Minat juga mengaktifkan seorang anak untuk terlibat dalam sebuah pembelajaran. Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa minat peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar, membantu peserta didik mengkonvensi antara sekolah dengan kecenderungan mereka untuk belajar, menunjukan keterhubungan antara semua pembelajaran. Sementara Marlina (2020) menggambarkan minat sebagai kesukaan pribadi peserta didik dan kemauan yang bisa memotivasi belajar.
c. Profil belajar peserta didik
Marlin (2020) menggambarkan profil belajar peserta didik sebagai sebuah desain belajar yang paling disenangi oleh peserta didik, yaitu rancangan belajar yang diguguh oleh cara berpikir, kecerdasan istimewa, latar belakang budaya, atau jenis kelamin. Sementara Tomlinson (2021) menggambarkan profil belajar siswa terkait dengan kecenderungan belajar yang biasa dilakukan peserta didik. Gaya belajar yang dimaksud adalah kecenderungan belajar yang terkait dengan :
- Visual : gaya belajar dengan mengandalkan kekuatan visual (melihat) untuk mempertajam pemahaman terhadap suatu objek belajar
- Audio : gaya belajar yang mengandalkan kemampuan mendengarkan untuk memperdalam pemahaman terhadap objek belajar.
- Kinestetik : belajar dengan mengekspresikan dirinya melalui gerakan. Peserta didik dengan kecenderungan belajar secara kinestetik biasanya senang melakukan aktifitas belajar di luar ruangan. Kecerdasan fisik pada pembelajaran kinestetik lebih unggul dibandingkan dengan peserta didik lain.
Pembelajaran berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan yaitu konten, proses, produk:
- Konten (isi) berhubungan denga apa yang akan siswa ketahui, pahami dan apa yang akan di pelajari. Konten berkaitan juga dengan konsep/ keterampilan dasar yang akan mereka pelajari
- Proses merupakan bagian/ cara peserta didik mendapatkan informasi atau pengetahuan yanga akan mereka pelajari. Metode berkaitan dengan Langkah-langkah yang akan diperoleh siswa dalam memandu memperoleh informasi
- Produk merupakan bukti, karya atau hasil secara konkrit apa yang sudah mereka pelajari dan pahami. Produk bersifat wujud atau nyata dalam bentuk karya siswa yang di desain sedemikian rupa sesuai dengan pemahaman dan kreasi mereka terhadap materi ajar.
Tomlison (2001:1) menjelaskan bahwa “difeerentiated instruction includes teachers’ proactive plan to through concern with providing ways for students to access knowledge by giving various approaches on the content, process, and product”. Diartikan bahwa dalam pembelajaran diferensiasi termasuk sebuah rencana proaktif guru dalam menyiapkan cara untuk mengakses kemampuan peserta didik dengan memberikan berbagai pendekatan pada konten, proses dan produk. Dari pemaparan tersebut bahwa pembelajaran berdifensiasi hendaknya menumbuhkan rasa peka terhadap anak dengan keberagaman masing-masing dengan menggunakan keberagaman pendekatan yang memuat konten, proses dan produk dimana pelaksanaan kegiatannya berpusat pada peserta didik.
2. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005:20) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudia, Sudjana (2005:38) mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya dan memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, factor fisik dan psikis.
Dalam sistem Pendidikan nasional rumusan tujuan Pendidikan, baik tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Anderesen (Darmawan dan Sujoko, 2013:35) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam Kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan Kawasan kognisime meliputi kegiatan sejak
dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana haitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisi (C4), Evaluasi (C5), dan Menciptakan (C6).
- Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan lain sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya
- Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata-katanya sendiri
- Penerapan (application) yakni kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret
- Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian tersebut
- Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi talam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada
- Menciptakan yakni memadukan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam suatu yang baru dan utuh atau untuk membuat suatu produk yang orisinil
b. Ranah afektif
Kreatwohl (Purwanto, 2008:51) membagi belajar afektif menjadi tiga tingkatan, yakni penerimaan (merespon rangsangan), organisasi (menghubungkan nilai- nilai yang dipelajari), dan internalisasi (menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman hidup). Hasil belajar disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai-nilai yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
c. Ranah psikomotorik
Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Simpson (Purwanto, 2008:52) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu persepsi (membedakan gejala), kesiapan (menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing (meniru model yang dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan tanpa model hingga mencapai kebiasaan), gerakan kompleks (melakukan serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau asli).
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Manusia memiliki potensi perilaku kejiwaan yang dapat di didik dan perilaku yang dapat diubah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang dahulunya belum bisa menjadi bisa, dan dari yang belum tahu menjadi tahu. Hasil belajar pada penelitian ini menitikberatkan pada hasil belajar kognitif. Hasil belajar kognitif dapat diukur melalui tes dan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh. Dalam penelitian ini hasil belajar dikhususkan pada tingkat pengetahuan (C1) sampai tingkat analisis (C4).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Dalyono (2009:55) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi Kesehatan, intelegensi, dan bakat, minat dan motivasi juga cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
A. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi:
1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan ketidak bergairahan untuk belajar. Demikian pula jika Kesehatan rohani kurang baik dapat dapat mengurangi semangat belajar. Dengan semangat belajar yang rendah tentu akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.
2. Intelegensi dan bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi tinggi (IQ-nya) tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir sehingga hasil belajar pun rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat. Bila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajaranya akan lancar dan sukses.
3. Minat dan motivasi
Minat dan motifasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Minat belajar yang besar cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan memperoleh hasil belajar yang rendah. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi hasil belajar. Minat dan motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang menyampaikan materi dengan metode dan cara yang inovatif akan mempengaruhi minat dan motivasi peserta didik.
4. Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi capaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan Teknik atau faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu Kesehatan akan memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan.
Cara belajar tiap anak berbeda-beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap pembelajran dengan metode visual atau melihat objek sebagai media pembelajarannya. Ada anak dengan gaya belajar audio atau mendengarkan penjelasan yang di berikan oleh gurunya dan sumber belajar lain dan ada anak dengan gaya belajar kinestetik atau atau dengan gerak motoriknya misal dengan cara berjalan-jalan dan mengalami langsung aktifitas belajarnya.
B. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi:
- Keluarga
Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatiandan bimbingan orang tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antar anak dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga mempengaruhi hasil belajar.
2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan peserta didik, keadaan fasilitas di sekolah, keadaan ruangan belajar, jumlah peserta didik perkelas, pelaksanaan tata tertip sekolah, dan lain sebagainya. Semua hal ini mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Metode pengajaran guru yang inovatif dapat juga mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Metode mengajar dengan model kooperatif learning misalnya, mengajar peserta didik belajar berkelompok sehingga dapat merangsang untuk terjadinya interaksi dengan teman lainnya. Teknik belajar dengan teman sebaya dapat mengaktifkan keterampilan proses yang dimuli oleh peserta didik.
3. Masyarakat
Kondisi masyarakat disekitar lingkungan tempat tinggal peserta didik juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Bila di sekitarnya merupakan merupakan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, akan mendorong peserta didik lebih giat lagi dalam belajar. Sebaliknya jika lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik banyak anak-anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan tingkat hasil belajar peserta didik. Selain faktor dari dalam lingkungan sekolah, terdapat juga faktor dari luar lingkungan sekolah yang keseluruhannya dapat membawa dampak baik maupun buruk untuk peserta didik. Metode pengajar yang di terapkan oleh guru adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan kemampuan dan capaian hasil belajar peserta didik. Jika seorang guru berhasil dalam memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna pada peserta didik, maka mereka akan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar mereka.
1. Manfaat Hasil Belajar
Hasil belajar bermanfaat untuk mengetahiu capaian dari proses pembelajaran yang telah dilalui oleh peserta didik. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2009:3)
mengatakan bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada peserta didik merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya dan merupakan proses yang ditempuh melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.
Hasil belajar harus menunjukan perubahan keadaan menjadi lebih baik, sehingga bermanfaat untuk: a) menambah pengetahuan, b) lebih memahami sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, c) lebih mengembangkan keterampilannya, d) memiliki pandangan baru atas sesuatu hal, e) lebih menghargai sesuatu dari pada sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang di capai oleh peserta didik tudak hanya berkaitan dengan materi yang telah di kuasai, tetapi juga perubahan dari segi sikap dan ketemapilan.
2. Metode Pembelajaran Projek Based Learning (PjBL)
Pembelajaran menggunakan metode PjBL merupakan teknik yang memberikan inovasi dalam pembelajaran. Peran guru dalam metode ini sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas terhadap peserta didik ketika mengajukan pertanyaan mengenai teori serta memberikan motivasi terhadap peserta didik supaya aktif dalam pengajaran (Trianto, 2014:42).
Menurut Yahya Muhammad Mukhlis, model pembelajaran yang digunakan ini memberikan kesempatan pada pendidik untuk mengendalikan penuh proses pengajaran yang berlangsung. Sistem pengajaran yang diberikan memasukkan kerja proyek dalam prosesnya (dalam Trianto, 2014:42).
Model pengajaran project based learning seringkali disebut dengan metode pengajaran yang menggunakan persoalan masalah dalam sistemnya dengan tujuan mempermudah peserta didik dalam proses pemahaman serta penyerapan teori yang diberikan. Model tersebut menggunakan pendekatan kontekstual serta menumbuhkan keahlian peserta didik dalam berpikir kritis. Sehingga mampu mempertimbangkan keputusan paling baik yang diambil sebagai solusi penyelesaian dalam permasalahan yang diterima. Mempertimbangkan baik buruknya suatu keputusan yang digunakan sebagai solving juga termasuk dalam teori yang diberikan (Wena, 2010:145).
Kerja proyek seringkali diartikan sebagai kerja yang tersusun oleh beberapa tugas dan didasarkan dengan pertanyaan serta permasalahan yang menuntut peserta didik cenderung berpikir kritis dalam pencarian solusinya. Langkah penyelesaian masalah yang dilakukan oleh peserta didik dapat dijadikan dasar dalam melakukan penilaian (Wena, 2010).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning
- Penentuan pertanyaan mendasar ( Start With the essential question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan peserta didik. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
- 2. Mendesain perencanaan projek ( Design a plan for the project)
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. waktu akhir penyelesaian proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu.
3. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek ( Monitor the student and the progress of the project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan peserta didik selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi fasilitator bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
4. Menguji hasil (Assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
5. Mengevaluasi pengalaman ( Evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
(Prof. Dr. Hj. Sri Redjeki, M.Pd)
Penerapan pada pembelajaran sejarah di kelas X 7 mengacu pada proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi secara kelompok. Metode ini merupakan penyuluhan yang berbentuk penugasan proyek berupa keliping, dengan tujuan menggunakan media pembelajaran Projek Based Learning peserta didik akan lebih kreatif, dan inovatif yang berbasis teknologi dalam menunjang kegiatan pembelajaran di kelas pada materi sejara Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dimana peserta didik diharapkan dapat mengidentifikai dan
mengelompokan peninggalan Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia yang masih ada hingga saat ini sehingga peserta didik bisa lebih meresapi makna dan nilai- nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah tersebut. Juga menumbuhkan rasa ingin tahu dan peka terhadap peristiwa sejarah sehingga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Peningkatan motivasi belajar peserta didik melalui mengembangkan model pembelajaran Project Based Learning dipaparkan pada table di bawah ini:
Tabel 1.1 Indikator PjBL terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik
No | Langkah- langkah PjBL | Aspek Tiap Tahap yang Diamati | Peningkatan Hasil Belajar |
1 | Penentuan pertanyaan mendasar | Guru menayangkan video yang berteks dan memberikan pertanyaan mendasar berkaitan mengenai Kerajaan- Kerajaan Hindu dan Budah serta warisan budaya kerajaan- kerajasan Hindu dan Budha dalam kehidupan masa kini Peserta didik menganalisis dari video yang di tayangkan mengenai materi- materi terkait dengan projek yang akan dikerjakan. | Menunjukan semangat peserta didik dalam kegiatan mencari informasi dari internet maupun bukuMengidentifikasi sumber-sumber yang berkaitan dengan materi yang berkaitan dengan projekMemilih informasi yang relefan |
2 | Mendesain perencanaan projek | Guru memberiakan penjelasan secara singkat mengenai materi serta perencanaan projek yang akan dilakukan dengan metode diskusi kelompok Peserta didik berdiskusi untuk mendesain perencanaan projek pemecahan masalah seperti pembagian tugas, persiapan alat dan bahan, media serta sumber yang dibutuhkan. | Mendesain perencanaan projek dengan metode diskusiPembagian kelompok secara heterogenMenyiapkan alat dan bahan serta media serta sumber |
3 | Menyusun Jadwal | Guru dan peserta didik menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek serta menentukan waktu akhir penyelesaian projek | Menyusun jadwal sesuai kesepakatan, antara lain: a. Waktu kegiatan menyelesaikan pojek b. Waktu akhir penyelesaian projek |
4 | Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek | Guru berperan menjadi fasilitator memantau dan memfasilitasi peserta didik pada setiap proses kegiatan selama menyelesaikan proyek Peserta didik mulai melakukan kegiatan membuat projek sesuai dengan pembahasan masing- masing kelompok dengan rancangan dan jadwal pelaksanaan yang sudah ditentukan sebelumnya | Masing- masing kelompok mulai melakukan kegiatan membuat projeknya sesuai dengan pembagian tugasnya |
5 | Menguji hasil | Guru memberikan penilaian untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi terkait hasil projek yang dipresentasi oleh masing- masing kelompok Peserta didik mempresentasikan hasil projek didepan kelas secara bergantian dan kelompok lain di minta menanggapi dan memberikan umpan balik, baik bertanya maupun menambah jawaban. Guru dan Peserta didik menyimpulkan pembelajaran secara bersama | Masing- masing kelompok unjuk hasil dengan cara mempresentasi hasil projek didepan kelas secara bergantianKelompok lain menanggapi dan memberikan umpan balik, baik bertanyaMenyimpulkan hasil secara bersama |
6 | Mengevaluasi pengalaman | Guru dan Peserta didik melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil projek yang sudah dilakukan serta menanyakan pengalaman yang dirasakan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. | Merefleksi aktifitas dan pengalaman yang dirasakan peserta didik selama proses pembelajaran langsung |
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang dalam dua siklus. Pada tahap perancangan dan pelaksanaan baik siklus satu maupun siklus dua adalah sama. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Tindakan kelas. Mulyasa (2009:35) menyatakan bahwa penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan melakukan Tindakan secara kolaboratif dan partisipasif, yang melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah maupun pihak dari luar dalam waktu yang bersamaan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Mataram, Jl. Panji Tilar Negara No. 25, Kekalik Jaya, Kec. Sekarbela, Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada semester genap mulai bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2024. Pemberian tindakan dilakukan pada jadwal jam tatap muka penelitian yang merupakan hari/jam pelajaran dimana peneliti mengajar Sejarah di kelas X 7 yang menjadi subjek penelitian.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X 7 SMA Negeri 2 Mataram tahun pelajaran 2023/2024 berjumlah 36 orang.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes tulis, lembar observasi, dan lembar refleksi diri.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari: 1) hasil pre-tes peserta didik sebelum tindakan berlangsung, 2) hasil lembar refleksi diri peserta didik, 3) hasil belajar peserta didik pada setiap siklus tindakan , 4) hasil observasi tentang sikap belajar peserta didik pada saat proses pembelajaran, 5) hasil observasi atau pengamatan mengenai kegiatan belajar dan sikap belajar peserta didik yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung. Sumber yang kedua adalah sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari: 1) data mengenai jumlah peserta didik kelas X 7 yang diperoleh dari daftar hadir kelas, 2) data study pustaka yang menunjang penyusunan penelitian ini dengan menggunakan dua teknik yaitu tes dan non tes . Teknik tes yang digunakan bertujuan untuk mengukur kemajuan hasil belajar peserta didik menggunakan tes tulis. Sedangkan Teknik non tes berupa
observasi perilaku belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dan lembar refleksi diri peserta didik setelah setiap siklus selesai dilaksanakan.
Alat-alat dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar soal pre tes sebelum siklus I tentang materi Proses masuknya agama Hindu- Budha di Indonesia; lembar rubrik penilaian (rubric assessment sheet) yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik pada materi Proses masuknya agama Hindu- Budha di Indonesia digunakan peneliti untuk menilai produk; lembar refleksi diri peserta didik digunakan untuk menggali keberhasilan, kendala, serta pembelajaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran siklus I; studi pustaka tentang peningkatan hasil belajar pada materi Proses masuknya agama Hindu- Budha di Indonesia menerapkan pembelajaran diferensiasi untuk mendukung peneilitian ini, dokumentasi yang berupa foto-foto dan video berkaitan dengan kegiatan peserta didik pada setiap siklus pembelajaran.
Analisis Data
Peneliti menggunakan metode dalam menganalisis data penelitian berupa: 1) deskriptif, yang digunakan untuk upaya memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang dihadapi, 2) kualitatif, yaitu penggambaran dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan dengan kategori analisi data deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang tidak dapat diukur melalui perhitungan dengan angka-angka melainkan dengan menggunakan kara-kata atau kalimat.
Untuk mengetahui validitas penelitian tindakan kelas ini menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data berasal dari guru kelas, pesera didik dan rekan sejawat sebagai kolaborator. Sedangkan triangulator metode yaitu data dari pengumpulan dokumen, hasil observasi dan hasil tes tulis yang dilakukan.
Hasil akhir yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas ini adalah ketercapaian peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dan perubahan dalam motivasi belajar peserta didik agar peserta didik lebih aktif lagi dalam pembelajaran sejarah juga perubahan sikap belajar peserta didik yang disesuiakan dengan nilai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah.
Tabel 1.2 Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
No | Nilai KKTP | Predikat |
1 | ≥94 | Amat Baik |
2 | 87-94 | Baik |
3 | 80-87 | Cukup |
4 | <80 | Kurang |
Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian ini dirancang dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi mulai dari diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Selain penerapan pembelajaran berdiferensiasi, penerapan model pembelajaran Project Based Learning dengan menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembuatan keliping. Pemilihan model dan metode ini disesuaiakan dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai dalam Tujuan Pembelajaran 3.7 dan (Kurikulum Merdeka Revisi) untuk peserta didik kelas X 7 semester genap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melakukan penelitian dengan menerapkan siklus pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan pra siklus (pre test) dengan materi sejarah seputaran proses masuknya agama Hindu- Budha di Indonesia tanpa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pra siklus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan siklus I. Hasil data yang diperoleh dari kondisi awal hasil belajar peserta didik kelas X 7 SMA Negeri 2 Mataram pada tes pra siklus diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.3 Hasil Tes Pra Siklus
No | Nilai KKTP | Jumlah Siswa | Presentase % | Keterangan |
1 | ≥ 94 | 0 | 0 | Amat Baik |
2 | 87-94 | 2 | 5,55% | Baik |
3 | 80-87 | 11 | 30,56% | Cukup |
4 | <80 | 23 | 63,89% | Kurang |
Jumlah | 36 | 100% |
Dari pemaparan data di atas dapat diketahui bahwa tidak ada peserta didik yang mendapatkan nilai amat baik, 2 orang peserta didik atau 5,55% mendapatkan nilai baik, 11 peserta didik atau 30,65% mendapat nilai cukup dan 23 peserta didik atau 63,89% mendapat nilai kurang. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar secara klasikal diperoleh 63,89% dimana persentase ini masih kurang dari indikator nilai standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu 80.
Deskripsi Hasil Siklus I
Dari hasil tes pra siklus yang dilakukan peneliti, ditemukan masih banyak peserta didik yang belum mencapai target kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP), oleh karena itu peneliti mengambil tindakan pada siklus I dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning yang membantu peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar pada materi sejarah Masuknya Agama Hindu- Budha di Indonesia. Dari siklus I diperoleh hasil pada pemaparan table di bawah ini:
Tabel 1.4 Hasil Tes Siklus I
No | Nilai KKTP | Jumlah Siswa | Presentase % | Keterangan |
1 | ≥ 94 | 2 | 5,56% | Amat Baik |
2 | 87-94 | 12 | 33,33% | Baik |
3 | 80-87 | 18 | 50% | Cukup |
4 | <80 | 4 | 11,11% | Kurang |
Jumlah | 36 | 100% |
Berdasarkan data di atas, diperoleh bahwa hasil belajar peserta didik pada materi sejarah seputaran kemerdekaan Indonesia melalui pembelajaran berdiferensiasi menggunakan model pembelajaran Projeck Based Learning mengalami peningkatan dimana 2 peserta didik atau 5,56% mendapatkan nilai amat baik, 12 peserta didik atau 33,33% mendapatkan nilai baik, 18 peserta didik atau 50% mendapatkan nilai cukup, sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai kurang berjumlah 4 orang atau 11,11%. Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaa hindu- Budha di Indonesia dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan model pembelajaran Projeck Based Learning pada siklus ke II sesuai dengan usulan observer (rekan sejawat) dan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II memiliki alur yang berbeda dengan Materi Siklus I sama dengan skenario pembelajaran siklus I dengan menerapkan kembali pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning dengan melibatkan seluruh peserta didik untuk aktif dalam mendesain projek dengan baik mengenai Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pada siklus II perbaikan-perbaikan dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik sehingga diperoleh hasil seperti terlihat pada table 1.5 di bawah ini:
Tabel 1.5 Hasil Tes dalam Siklus II
No | Nilai KKTP | Jumlah Siswa | Presentase % | Keterangan |
1 | ≥ 94 | 9 | 25% | Amat Baik |
2 | 87-94 | 22 | 61,11% | Baik |
3 | 80-87 | 5 | 13,89% | Cukup |
4 | <80 | 0 | 0 | Kurang |
Jumlah | 36 | 100% |
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model Projeck Based Learning metode Role Playing mengalami peningkatan. Dari 36 peserta didik yang menjadi sampel penelitian, terdapat 9 peserta didik atau 25% mendapatkan nilai amat baik, 22 peserta didik atau 61,11% mendapatnilai baik, terdapat 5 peserta didik atau 13,89% dengan nilai cukup, sedangkan tidak ada peserta didik yang mendapatkan nilai kurang. Dari data tersebut menunjukan bahwa pencapaian hasil belajar mengalami kenaikan dengan presentasi mencapai 100% dengan standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran 80. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning menggunakan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan.
Dari data penelitian di atas, peneliti menyajikan hasil belajar peserta didik melalui komparisasi penilaian yang dimulai dengan pra siklus, siklus I, siklus II pada table 1.6 dan diagram di bawah ini.
Tabel 1.6 Komparisasi Persentase Hasil Belajar Antar Siklus
Nilai KKM | Persentase Hasil Belajar | ||
PRA SIKLUS | SIKLUS I | SIKLUS II | |
≥ 94 | 0 | 5,56% | 25% |
87-94 | 5,55% | 33,33% | 61,11% |
80-87 | 30,56% | 50% | 13,89% |
<80 | 63,89% | 11,11% | 0 |

Gambar 1.1 Diagram Komparisasi Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan data pada table 1.6 dan diagram 1.1 di atas dapat dielaborasikan bahwa:
- Hasil belajar peserta didik materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dengan nilai amat baik pada pra siklus sebanyak 0%, sementara pada siklus I sebanyak 5,56% dan siklus II sebanyak 25%.
- Hasil belajar peserta didik materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dengan nilai baik pada pra siklus sebanyak 5,55%, sementara pada siklus I sebanyak 33,33% dan siklus II sebanyak 61,11%.
- Hasil belajar peserta didik materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dengan nilai cukup pada pra siklus sebanyak 30,56%, sementara pada siklus I sebanyak 50% dan siklus II sebanyak 13,89%.
- Hasil belajar peserta didik materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia dengan nilai kurang pada pra siklus sebanyak 63,89%, sementara pada siklus I sebanyak 11,11% dan siklus II sebanyak 0%.
Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari kondisi awal pra siklus diperoleh 36,11% menjadi 88,89% pada siklus I dan menjadi 100% pada siklus II dengan strander kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) 80.
Hasil Non Tes
Hasil non tes mencakup hasil yang diperoleh dari hasil refleksi pembelajaran dan observasi. Hasil tersebut menunjukan bahwa peserta didik merasa senang, termotivasi dan kreatif sehingga lebih semangat dalam proses pembelajaran dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran menggunakan lembar refleksi yang telah direduksi bahwa peserta didik merasa senang belajar sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning. Beberapa hal yang diperoleh dari data hasil reduksi bahwa peserta didik mengetahui sejarah yang terjadi sebelum terbentuknya kKerajaan- kerajaan Hindu- Budha di Indonesia erdasarkan fakta sejarah yang diperoleh.
Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dari lembar refleksi tentang hal yang telah dikuasai pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia diperoleh data dari hasil reduksi data bahwa peserta didik mampu merepresetasi hasil projeknya dalam bentuk keliping mengenai warisan peninggalan kerajaan- kerjaan Hindu- Budha di Indonesia di depan kelas secara berkelompok.
Lebih lanjut, hal yang menarik Ketika dilaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia diperoleh data dari hasil reduksi data bahwa peserta didik senang belajar secara berkelompok dan pengelompokan sesuai dengan minat masing-masing. Selain itu peserta didik senang dapat melakukan diskusi karena banyak pertimbangan pendapat yang berbeda-beda dalam menyusun hasil projek dalam bentuk keliping dan ditampikan di depan kelas dengan di saksikan oleh teman kelompok lain di dalam kelas.
Hal terakhir diperoleh data dari hasil reduksi data tentang hal yang tidak menarik dalam pembelajaran peserta didik memberikan respon bahwa mereka menikmati pembelajaran tersebut karena menggunakan metode yang berbeda yang belum pernah mereka dapatkan selama mereka melakukan pembelajaran sejarah sehingga pembelajaran tersebut sangat menarik perhatian mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik merasa senang terhadap pembelajaran sejarah dilakukan menggunakan cara pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada kelas X 7 SMA Negeri 2 Mataram diperoleh bahwa hasil belajar peserta didik menggunakan cara pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal pra siklus diperoleh 36,11% menjadi 88,89% pada siklus I dan 100% pada siklus II dengan standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran 80. Hal ini diartikan bahwa terjadi sebuah perubahan yang signifikan pada hasik belajar peserta didik yang mencakup pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada teori penelitian tentang hasil belajar (Sudjana, 2005:20).
Penelitian ini juga melibatkan teman sejawat yang berperan sebagai pengamat saat penerapan siklus pembelajaran di jalankan. Berdasarkan hasil pengamatan rekan sejawat pada siklus I, menampilkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif sejalan dengan kemampuan dan cara guru dalam mengelola kelas juga menghadirkan konsep pembelajaran berdiferensiasi yang proaktif dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan minat, kesiapan peserta didik, dan profil belajarnya yang hasilnya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik (Suwartiningsih, 2021). Pembelajaran berdiferensiasi juga diartikan sebagai pembelajaran yang berkaitan dengan kesiapan peserta didik, minat, latar belakang pengetahuan, pengetahuan guru, perencanaan dan pelaksanaan desain pembelajaran yang memberikan rentan pengalaman pada konten, kegiatan, dan skala pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik. Pada penerapan pembelajaran berdiferensiasi diharapkan mampu untuk mendapatkan peningkatan kualitas belajar dari setiap siklus yang di jalankan. Dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik karena antusias, semangat, dan motivasi peserta didik untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Era transformasi pendidikan pada kurikulum merdeka menekankan pada bagaiamana guru memfasilitasi proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik serta guru dapat melihat perbedaan kemampuan capaian hasil belajar yang dimili peserta didik juga gaya belajar setiap anak agar bisa disesuaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah di sajikan dalam bentuk video presentasi, video rekaman presentasi visual, rekaman suara dan aktivitas pembelajaran yang ada di https://drive.google.com/drive/folders/1IbIweBE1ovRl5aSqxk0pi61J 7TZDb7wt?usp=drive_link. Hal ini sesuai dengan penuturan Wijayanti, 2011 mengatakan bahwa perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (learning centered) diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, maka mereka memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu dari peserta didik itu sendiri.
Lebih lanjut, peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi sejarah seputaran proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan menggunakan cara pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran Projeck Based Learning pada siklus II merupakan perbaikan beberapa hal pada proses pembelajaran dari siklus I sehingga beberapa kendala yang menjadi kekurangan peserta didik menjadi tidak tampak. Peningkatan hasil belajar tersebut ditandai dengan meningkatnya kreativitas, semangat dan motivasi, serta suasana belajar yang menyenangkan.
Peningkatan hasil belajar yang signifikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya eksternal dan internal pada peserta didik. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhinya diantaranya: kompetensi pedagogic maupun professional guru mata pelajaran, konten materi pembelajaran yang mudah di pahami oleh peserta didik, proses pembelajaran yang sistematis, lingkungan kelas yang aman dan nyaman, serta dukungan komunitas belajar peserta didik yang saling berkerjasama antar datu dengan yang lainnya. Selain itu beberapa faktor internal yang terdapat pada peserta didik antara lain : ketekunan, semangat, kerja sama, dan kreativitas mereka yang mendukung antar satu dengan lainnya (Dalyono, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan, dikemukakan kesimpulan sebagai jawaban pada rumusan pertanyaan peneliti diantaranya:
- Penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia di kelas X 7 SMA Negeri 2 Mataram tahun pelajaran 2023/2024 berjalan dengan baik dan sesuai denganapa yang telah di rancang dalam rancangan proses pembelajaran yang telah di susun
- Peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran berdiferensiasi menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dapat terlihat dari meningkatnya rasa senang, semangat dan motivasi peserta didik dalam memahami materi sejarah Kerajaan- Kerajaan Hindu- Budha di Indonesia yang dipengaruhi pula oleh faktor internal dan eksternal.
Ada beberapa saran dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitan ini diantaranya:
- Bagi guru mata pelajaran sejarah hendaknya perlu mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi yang di kombinasikan dengan model maupun metode manapun saat proses pembelajaran sebagai upaya untuk memberikan pembelajaran yang berkualitas untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
- Sekolah perlu untuk terus mensosialisasikan pembelajaran paradigma baru yang berpusat pada peserta didik yaitu pembelajaran berdiferensiasi agar kecakapan guru dalam mengajar bisa relevan dengan perubahan jaman yang terjadi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Darmawan, P.A dan Sukojo. E. (2013). Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin.
S. Bloom: Satya Widya, Vol. 29, No. 1. Juni 2012: 30-39
Dedi Iskandar (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Report Text Melalui Pemblejaran Berdiferensiasi di Kelas XI. A SMPN 1 Sape Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 129-138
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana: Jakarta
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan
Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 80-94.
Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. PT. Remaja: Bandung Nurlimah Sugiarti (2022). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Pelajaran
Bahasa Indonesia kelas IV SD Insan Mulya Kota Baru Driyorejo Gresik. Bapala : Vol. 9. No. 9. 2022, 157-164
Rosdakarya. Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Bandung Sinar Baru Algesindo: Bandung
Sudjana, N dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung
Sunismi, Werdianingsih, D., Wahyuni, S (2022). Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). CV. Literasi Nusantara Abadi: Malang
Suparwoto. (2004). Kemampuan Dasar Mengajar. FIP Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
Suwartiningsih, S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk
Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4
Sumaatmadja, N. dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Depdiknas UT
Tomlinson, Caarol Ann & Moon, T. (2014). Assessment in a differentiated classroom. Proven Programs in Education. Classroom Management and Assessment, 1-5
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Wiwik Wijayanti. (2011). Student Centered; Paradigma Baru Inovasi Pembelajran: Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol.7, No. 1. Mei 2011: 65-69