IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PADA MATERI TENAGA EKSOGEN KELAS X DI SMAN 2 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Ainul Hukmi1, Arif2, Baiq widianti3, M Efendi Mulyono4
1Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram, Indonesia
2Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram, Indonesia
3SMAN 2 Mataram, Mataram, Indonesia
*Coresponding Author: ainulhukmi@gmail.com
*Tautan pdf.: https://drive.google.com/file/d/1VNEBHLIL4EgT_J-sfnlVxQ_iXMnrsyYK/view?usp=sharing
Abstrak: Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pelaksanaan model pembelajaran Problem-Based Learning di kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram (2) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik terhadap pelaksanaan model pembelajaran Problem-Based Learning di kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram tahun pelajaran 2023/2024 berjumlah 36 peserta didik. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 1) respon peserta didik, 2) hasil belajar. Data respon peserta didik dikumpulkan dengan angket respon peserta didik. Data hasil belajar dikumpulkan dengan tes dan penugasan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa. 1) Respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran Problem-based Learning pada siklus 1 tergolong cukup positif. Pada siklus II respon peserta didik terhadap model pembelajaran Problem-Based Learning tergolong Positif. 2) Nilai hasil belajar peserta didik siklus I rata-rata nilai hasil belajar peserta didik adalah 88,89% Pada siklus II rata-rata nilai hasil belajar peserta didik adalah 100%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram tahun pelajaran 2023/2024.
Kata kunci: Model pembelajaran Problem-based Learning, respon, hasil belajar
Abstrak: This research aims (1) to know the students response against the implementation model of learning, Problem-Based Learning in class X.4 SMA Negeri 2 Mataram (2) to know the student achievement of the implementation of the model of learning Problem-Based Learning in class X.4 SMA Negeri 2 Mataram. This research was action class research which was conducted in two cycles. The subject was students of class X.4 SMA Negeri 2 Mataram in the academic year 2023/2024 consisted of 36 students. The data in this study were 1) students response, 2) students achievement. The Data of the students response was collected by using students response sheet. The students achievement data was collected by using tests and assignments. The Data obtained were analyzed by quantitative descriptive. The results of the research showed that. 1) the students response against the application of the learning model of Problem-based Learning in cycle 1 was quite positive. Cycle II students response to model learning Problem-Based Learning was positive. 2) the students achievement score in cycle 1 the average scre of the students achievement was 88,89 % In cycle II, the average scre of the students achievement was 100 %. The results showed that the application of the learning model of Problem-Based Learning could improve the students achievement of class X.4 SMA Negeri 2 Mataram in the academic year 2023/2024.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono, Hariyanto: 2014). Berbicara masalah pendidikan, pada dasarnya merupakan sarana strategis dalam meningkatkan potensi pengetahuan agar peserta didik dapat mengambangkan kreatifitas, kemampuan individu dan tataran kehidupan masyarakat. Pengembangan sumber daya manusia menjadi tugas dan tanggung jawab pendidik dalam menuntun potensi-potensi tiap peserta didik dengan memfasilitasi kebutuhannya sehingga mampu menyerap dan memahami apa yang disampaikan dan dipelajari untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Identifikasi yang dilakukan menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran masih belum banyak perubahan. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan sistem pembelajaran yang melihat semua peserta didik itu sama, baik dari gaya belajar dan capaian hasil belajar. Hal ini dikarenakan guru tidak melihat keberagaman dan kemampuan peserta didik. Guru seolah-olah mengajari satu orang peserta didik dalam satu kelas, sedangkan dalam satu kelas tersebut terdapat 36 peserta didik yang mempunyai keunikan, kemampuan dan keberagaman pengalaman belajar. Dari keberagaman tersebut guru hanya menggunakan satu treatmen pembelajaran yang bisa dikatakan kurang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik, sehingga tidak jarang pembelajaran yang disampaikan sulit untuk diterima oleh peserta didik dan menjadikan motivasi belajar kurang. Seorang pendidik haruslah sadar bahwa setiap anak adalah unik. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda antara satu anak dengan yang lainnya.
Tahapan atau sintaks model Problem Based Learning (PBL) menurut Mohamad Nur (2006) dalam Sakti 2019 adalah: 1) mengorientasi peserta didik pada masalah 2) mengorganisasi peserta didik belajar 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4) membimbing pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah 5) melakukan analisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Pemberian masalah yang autentik dan kontekstual akan meningkatkan minat peserta didik karena sangat relevan dengan lingkungan tempat tinggal dan kejadian yang sering dijumpai oleh peserta didik. Masalah yang kontekstual ini juga akan memeberikan pengetahuan yang konkret sehingga pengetahuan peserta didik tidak abstrak. Dengan demikian, peserta didik akan memperoleh pemahaman yang bermakna dan tidak hanya menghapal materi.penelitian ini mempunyai tujuan untuk untuk menyusun dan mendeskripsikan kajian mengenai:
- Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dalam pelajaran geografi kelas X.4 di SMA Negeri 2 Mataram dilaksanakan ?
- Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap strategi pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL) dalam pelajaran geografi kelas X.4 di SMA Negeri 2 Mataram?
KAJIAN TEORI
- Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran dengan menggunakan problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran student center. Proses pembelajaran dengan PBL menghadirkan masalah yang nyata sebagi sumber belajar sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah serta mencari jalan keluarnya. Menurut Peserta didikntoro (Aulia & Budiarti 2022) pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks yang diberikan oleh guru untuk peserta didik agar dapat belajar berfikir kritis dan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan yang belum diketahui sebelumnya. Penggunaan model pembelajaran sangat dianjurkan guna menimbulkan semangat belajar, motivasi belajar, merangsang peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran
2. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005:20) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Faktor yang datang dari dalam peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya dan memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, factor fisik dan psikis.
Dalam sistem Pendidikan nasional rumusan tujuan Pendidikan, baik tujuan kurikuler, maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Anderesen (Darmawan dan Sujoko, 2013:35) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam Kawasan kognisi. Secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana haitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisi (C4), Evaluasi (C5), dan Menciptakan (C6).
b. Ranah afektif
Kreatwohl (Purwanto, 2008:51) membagi belajar afektif menjadi tiga tingkatan, yakni penerimaan (merespon rangsangan), organisasi (menghubungkan nilai-nilai yang dipelajari), dan internalisasi (menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman hidup). Hasil belajar disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi..
c. Ranah psikomotorik
Simpson (Purwanto, 2008:52) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu persepsi (membedakan gejala), kesiapan (menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing (meniru model yang dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan tanpa model hingga mencapai kebiasaan), gerakan kompleks (melakukan serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau asli).
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manusia memiliki potensi perilaku kejiwaan yang dapat di didik dan perilaku yang dapat diubah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Dalyono (2009:55) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi Kesehatan, intelegensi, dan bakat, minat dan motivasi juga cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi:
- Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan ketidak bergairahan untuk belajar. Demikian pula jika Kesehatan rohani kurang baik dapat dapat mengurangi semangat belajar.
- Intelegensi dan bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi tinggi (IQ-nya) tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir sehingga hasil belajar pun rendah.
- Minat dan motivasi
Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi hasil belajar. Minat dan motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
- Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi capaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan Teknik atau faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu Kesehatan akan memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan. Cara belajar tiap anak berbeda-beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap pembelajran dengan metode visual atau melihat objek sebagai media pembelajarannya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi:
- Keluarga
Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatiandan bimbingan orang tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antar anak dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga mempengaruhi hasil belajar.
- Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan peserta didik, keadaan fasilitas di sekolah, keadaan ruangan belajar, jumlah peserta didik perkelas, pelaksanaan tata tertip sekolah, dan lain sebagainya. Semua hal ini mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Metode mengajar dengan model kooperatif learning misalnya, mengajar peserta didik belajar berkelompok sehingga dapat merangsang untuk terjadinya interaksi dengan teman lainnya.
- Masyarakat
Kondisi masyarakat disekitar lingkungan tempat tinggal peserta didik juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Bila di sekitarnya merupakan merupakan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, akan mendorong peserta didik lebih giat lagi dalam belajar. Sebaliknya jika lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik banyak anak-anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan tingkat hasil belajar peserta didik. Selain faktor dari dalam lingkungan sekolah, terdapat juga faktor dari luar lingkungan sekolah yang keseluruhannya dapat membawa dampak baik maupun buruk untuk peserta didik. Metode pengajar yang di terapkan oleh guru adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan kemampuan dan capaian hasil belajar peserta didik. Jika seorang guru berhasil dalam memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna pada peserta didik, maka mereka akan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar mereka.
4. Manfaat Hasil Belajar
Hasil belajar bermanfaat untuk mengetahui capaian dari proses pembelajaran yang telah dilalui oleh peserta didik. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2009:3) mengatakan bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada peserta didik merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya dan merupakan proses yang ditempuh melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.
Hasil belajar harus menunjukan perubahan keadaan menjadi lebih baik, sehingga bermanfaat untuk: a) menambah pengetahuan, b) lebih memahami sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, c) lebih mengembangkan keterampilannya, d) memiliki pandangan baru atas sesuatu hal, e) lebih menghargai sesuatu dari pada sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang di capai oleh peserta didik tudak hanya berkaitan dengan materi yang telah di kuasai, tetapi juga perubahan dari segi sikap dan ketemapilan.
5. Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Problem based learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan seberapa aktif peserta didik dalam selalu berpikir kritis dan selalu terampil ketika dihadapkan pada penyelesaian suatu permasalahan. Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar ini tergantung dari seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya. Problem based learning diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969, dari sebuah sekolah kedokteran bernama McMaster University, Hamilton, Kanada. Setelahnya banyak sekolah hingga universitas di seluruh dunia yang memakai metode pembelajaran dan masih dipakai sampai saat ini terus dikembangkan. Metode ini mengarahkan peserta didik dalam mendapatkan ilmu baru, menggunakan analisis dari berbagai pengetahuan serta pengalaman belajar yang dimiliki. Setelah itu menghubungkan apa yang dimiliki dengan permasalahan belajar yang diberikan para guru. Pada intinya pembelajaran berbasis masalah ini dikembangkan untuk memberi pengalaman belajar pada peserta didik.
Penerapan pada pembelajaran geografi di kelas X.4 mengacu pada proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi secara kelompok. Metode ini merupakan penyuluhan yang berbentuk penugasan LKPD, dengan tujuan menggunakan media pembelajaran problem based learning (PBL) peserta didik akan lebih kreatif, dan inovatif yang berbasis teknologi dalam menunjang kegiatan pembelajaran di kelas pada materi tenaga eksogen dimana peserta didik diharapkan dapat mengidentifikai dan mengelompokan macam-macam tenaga eksogen. Juga menumbuhkan rasa ingin tahu dan peka terhadap peristiwa disekitar sehingga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Peningkatan motivasi belajar peserta didik melalui mengembangkan model pembelajaran Project Based Learning dipaparkan pada table di bawah ini:
Tabel 1.1 Indikator PBL terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik
No | Langkah- langkah PBL | Aspek Tiap Tahap yang Diamati | Peningkatan Hasil Belajar |
1 | Orientasi peserta didik kepada masalah | Guru menanyangkan sebuah video mengenai konsep geografi Peserta didik menganalisis dari video yang di tayangkan mengenai materi- materi konsep geografi | Menunjukan semangat peserta didik dalam kegiatan mencari informasi dari internet maupun bukuMengidentifikasi sumber-sumber yang berkaitan dengan materi yang berkaitan dengan projekMemilih informasi yang relevan |
2 | Mengorganisasikan peserta didik | Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4 peserta didik Peserta didik Peserta didik membuat kelompok secara heterogen dengan bimbingan dari guru | Mendesain perencanaan dengan metode diskusiPembagian kelompok secara heterogen |
3 | Membimbing penyelidikan individu dan kelompok | Guru meminta peserta didik mencari informasi mengenai konsep geografi dan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan melalui kajian pustaka maupun internet. Peserta didik mencari dan mengolah informasi mengenai konsep geografi dan jawaban dari pertanyaan yang diajukan serta menuliskannya pada buku tugas | Peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber sesuai dengan pembagian tugasnyaPeserta didik mulai mengerjakan dengan batas waktu |
4 | Mengembangkan dan menyajikan hasil karya proyek | Guru meminta kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dan jawaban pertanyaan yang dibuatnya di depan kelas Peserta didik menyampaikan hasil diskusi dan jawaban pertanyaan yang dibuatnya di depan kelas | a. Masing- masing kelompok unjuk hasil dengan cara mempresentasi hasil LKPD didepan kelas secara bergantian b. Kelompok lain menanggapi dan memberikan umpan balik, baik bertanya c. Menyimpulkan hasil secara bersama |
5 | Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah | Guru melakukan tanya jawab mengenai materi konsep geografi Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru berkenaan dengan materi konsep geografi | a. Masing- masing kelompok unjuk hasil dengan cara mempresentasikan LKPD hasil didepan kelas secara bergantian b. Kelompok lain menanggapi dan memberikan umpan balik, baik bertanya c. Menyimpulkan hasil secara bersama |
6 | Evaluasi dan rencana tindak lanjut | Guru dan Peserta didik melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil LKPD yang sudah dilakukan serta menanyakan pengalaman yang dirasakan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. | Merefleksi aktifitas dan pengalaman yang dirasakan peserta didik selama proses pembelajaran langsung |
METODE PENELITIAN
Meode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Mulyasa (2009:35) menyatakan bahwa penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan melakukan Tindakan secara kolaboratif dan partisipasif, yang melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah maupun pihak dari luar dalam waktu yang bersamaan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen utama dan instrumen pendukung. Instrumen utama adalah siswa dan guru, sedangkan instrumen pendukung adalah tes tulis, lembar observasi, dan lembar refleksi diri. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X.4 SMAN 2 Mataram yang berjumlah 36 orang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 1) respon peserta didik, 2) hasil belajar. Data respon peserta didik dikumpulkan dengan angket respon peserta didik. Data hasil belajar dikumpulkan dengan tes dan penugasan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang dihadapi dan kualitatif untuk menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan dengan kategori analisis data deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang tidak dapat diukur melalui perhitungan dengan angka-angka melainkan dengan menggunakan kara-kata atau kalimat.
Berikut adalah tabel KKTP untuk mata pelajaran Geografi.
Tabel 1.2 Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
No | Nilai KKTP | Predikat |
1 | 94 | Amat Baik |
2 | 87-94 | Baik |
3 | 80-87 | Cukup |
4 | 80 | Kurang |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melakukan penelitian dengan menerapkan siklus pembelajaran, peneliti melakukan kegiatan pra siklus (pre test) dengan materi tenaga eksogen. Pra siklus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan siklus I. Hasil data yang diperoleh dari kondisi awal hasil belajar peserta didik kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram pada tes pra siklus diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.3 Hasil Tes Pra Siklus
No | Nilai KKTP | Jumlah Peserta didik | Presentase % | Keterangan |
1 | ≥ 94 | 0 | 0 | Amat Baik |
2 | 87-94 | 2 | 5,55% | Baik |
3 | 80-87 | 11 | 30,56% | Cukup |
4 | <80 | 23 | 63,89% | Kurang |
Jumlah | 36 | 100% |
Dari pemaparan data di atas dapat diketahui bahwa tidak ada peserta didik yang mendapatkan nilai amat baik, 2 orang peserta didik atau 5,55% mendapatkan nilai baik, 11 peserta didik atau 30,65% mendapat nilai cukup dan 23 peserta didik atau 63,89% mendapat nilai kurang. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar secara klasikal diperoleh 63,89% dimana persentase ini masih kurang dari indikator nilai standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu 80.
Deskripsi Hasil Siklus I
Dari hasil tes pra siklus yang dilakukan peneliti, ditemukan masih banyak peserta didik yang belum mencapai target kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP), oleh karena itu peneliti mengambil tindakan pada siklus I dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang membantu peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar pada materi Geografi mengenai tenaga eksogen. Dari siklus I diperoleh hasil pada pemaparan table di bawah ini:
Tabel 1.4 Hasil Tes Siklus I
No | Nilai KKTP | Jumlah Peserta didik | Presentase % | Keterangan |
1 | ≥ 94 | 2 | 5,56% | Amat Baik |
2 | 87-94 | 12 | 33,33% | Baik |
3 | 80-87 | 18 | 50% | Cukup |
4 | <80 | 4 | 11,11% | Kurang |
Jumlah | 36 | 100% |
Berdasarkan data di atas, diperoleh bahwa hasil belajar peserta didik pada materi Geografi materi tenaga endogen mengalami peningkatan dimana 2 peserta didik atau 5,56% mendapatkan nilai amat baik, 12 peserta didik atau 33,33% mendapatkan nilai baik, 18 peserta didik atau 50% mendapatkan nilai cukup, sedangkan peserta didik yang mendapatkan nilai kurang berjumlah 4 orang atau 11,11%. Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Geografi materi tenaga eksogen menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus ke II sesuai dengan usulan observer (rekan sejawat) dan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II memiliki alur yang sama dengan Siklus I sama dengan skenario pembelajaran siklus I dengan menerapkan kembali pembelajaran Problem Based Learning dengan melibatkan seluruh peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pada siklus II perbaikan-perbaikan dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik sehingga diperoleh hasil seperti terlihat pada table 1.5 di bawah ini.
Tabel 1.5 Hasil Tes dalam Siklus II
No | Nilai KKTP | Jumlah Peserta didik | Presentase % | Keterangan |
1 | ≥ 94 | 9 | 25% | Amat Baik |
2 | 87-94 | 22 | 61,11% | Baik |
3 | 80-87 | 5 | 13,89% | Cukup |
4 | <80 | 0 | 0 | Kurang |
Jumlah | 36 | 100% |
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik pada materi Geografi Tenaga Endogen mengalami peningkatan. Dari 36 peserta didik yang menjadi sampel penelitian, terdapat 9 peserta didik atau 25% mendapatkan nilai amat baik, 22 peserta didik atau 61,11% mendapat nilai baik, terdapat 5 peserta didik atau 13,89% dengan nilai cukup, sedangkan tidak ada peserta didik yang mendapatkan nilai kurang. Dari data tersebut menunjukan bahwa pencapaian hasil belajar mengalami kenaikan dengan presentasi mencapai 100% dengan standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran 80. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan.
Dari data penelitian di atas, peneliti menyajikan hasil belajar peserta didik melalui komparisasi penilaian yang dimulai dengan pra siklus, siklus I, siklus II pada table 1.6 dan diagram di bawah ini.
Tabel 1.6 Komparisasi Persentase Hasil Belajar Antar Siklus
Nilai KKM | Persentase Hasil Belajar | ||
PRA SIKLUS | SIKLUS I | SIKLUS II | |
≥ 94 | 0 | 5,56% | 25% |
87-94 | 5,55% | 33,33% | 61,11% |
80-87 | 30,56% | 50% | 13,89% |
<80 | 63,89% | 11,11% | 0 |
Gambar 1.1 Diagram Komparisasi Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan data pada table 1.6 dan diagram 1.1 komparisasi di atas dapat dielaborasikan bahwa:
- Hasil belajar peserta didik materi Geografi tenaga eksogen dengan nilai amat baik pada pra siklus sebanyak 0%, sementara pada siklus I sebanyak 5,56% dan siklus II sebanyak 25%.
- Hasil belajar peserta didik materi Geografi tenaga eksogen dengan nilai baik pada pra siklus sebanyak 5,55%, sementara pada siklus I sebanyak 33,33% dan siklus II sebanyak 61,11%.
- Hasil belajar peserta didik materi Geografi tenaga eksogen dengan nilai cukup pada pra siklus sebanyak 30,56%, sementara pada siklus I sebanyak 50% dan siklus II sebanyak 13,89%.
- Hasil belajar peserta didik materi Geografi tenaga eksogen dengan nilai kurang pada pra siklus sebanyak 63,89%, sementara pada siklus I sebanyak 11,11% dan siklus II sebanyak 0%.
Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari kondisi awal pra siklus diperoleh 36,11% menjadi 88,89% pada siklus I dan menjadi 100% pada siklus II dengan standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) 80.
Hasil Non Tes
Hasil non tes mencakup hasil yang diperoleh dari hasil refleksi pembelajaran dan observasi. Hasil tersebut menunjukan bahwa peserta didik merasa senang, termotivasi dan kreatif sehingga lebih semangat dalam proses pembelajaran dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran menggunakan lembar refleksi yang telah direduksi bahwa peserta didik merasa senang belajar Geografi tenaga eksogen dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Beberapa hal yang diperoleh dari data hasil reduksi bahwa peserta didik mengetahui tenaga eksogen.
Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dari lembar refleksi tentang hal yang telah dikuasai pada materi Geografi tenaga eksogen diperoleh data dari hasil reduksi data bahwa peserta didik mampu mempresentasikan hasil LKPD.
Hal terakhir diperoleh data dari hasil reduksi data tentang hal yang tidak menarik dalam pembelajaran peserta didik memberikan respon bahwa mereka menikmati pembelajaran tersebut karena menggunakan metode yang berbeda yang belum pernah mereka dapatkan selama mereka melakukan pembelajaran geografi sehingga pembelajaran tersebut sangat menarik perhatian mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik merasa senang terhadap pembelajaran geografi dilakukan menggunakan cara pendekatan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Geografi tenaga eksogen sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram diperoleh bahwa hasil belajar peserta didik menggunakan cara pendekatan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Geografi tenaga eksogen ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal pra siklus diperoleh 36,11% menjadi 88,89% pada siklus I dan 100% pada siklus II dengan standar kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran 80. Hal ini diartikan bahwa terjadi sebuah perubahan yang signifikan pada hasil belajar peserta didik yang mencakup pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada teori penelitian tentang hasil belajar (Sudjana, 2005:20).
Era transformasi pendidikan pada kurikulum merdeka menekankan pada bagaiamana guru memfasilitasi proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik serta guru dapat melihat perbedaan kemampuan capaian hasil belajar yang dimiliki peserta didik juga gaya belajar setiap anak agar bisa disesuaikan saat proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah di sajikan dalam bentuk video presentasi, video rekaman presentasi visual, rekaman suara dan aktivitas pembelajaran https://drive.google.com/file/d/1NZycJMml2KromWu-SCAROKbG2X9-EdKe/view?usp=drive_link. Hal ini sesuai dengan penuturan Wijayanti, 2011 mengatakan bahwa perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (learning centered) diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, maka mereka memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu dari peserta didik itu sendiri.
Peningkatan hasil belajar yang signifikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya eksternal dan internal pada peserta didik. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhinya diantaranya: kompetensi pedagogic maupun professional guru mata pelajaran, konten materi pembelajaran yang mudah di pahami oleh peserta didik, proses pembelajaran yang sistematis, lingkungan kelas yang aman dan nyaman, serta dukungan komunitas belajar peserta didik yang saling berkerjasama antar datu dengan yang lainnya. Selain itu beberapa faktor internal yang terdapat pada peserta didik antara lain : ketekunan, semangat, kerja sama, dan kreativitas mereka yang mendukung antar satu dengan lainnya (Dalyono, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan, dikemukakan kesimpulan sebagai jawaban pada rumusan pertanyaan peneliti diantaranya:
- Penerapan pembelajaran cara pendekatan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Geografi tenaga eksogen di kelas X.4 SMA Negeri 2 Mataram tahun pelajaran 2023/2024 berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah di rancang dalam rancangan proses pembelajaran yang telah di susun
- Peningkatan hasil belajar melalui cara pendekatan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Geografi tenaga eksogen menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dapat terlihat dari meningkatnya rasa senang, semangat dan motivasi peserta didik dalam memahami materi geografi materi tenaga eksogen.
Ada beberapa saran dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitan ini diantaranya:
- Bagi guru mata pelajaran geografi hendaknya perlu mengaplikasikan pembelajaran Problem based learning (PBL) yang di kombinasikan dengan model maupun metode manapun saat proses pembelajaran sebagai upaya untuk memberikan pembelajaran yang berkualitas untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
- Sekolah perlu untuk terus mensosialisasikan pembelajaran paradigma baru yang berpusat pada peserta didik agar kecakapan guru dalam mengajar bisa relevan dengan perubahan jaman yang terjadi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Darmawan, P.A dan Sukojo. E. (2013). Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin. S. Bloom: Satya Widya, Vol. 29, No. 1. Juni 2012: 30-39
Dedi Iskandar (2021). Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Pada Materi Report Text Melalui Pemblejaran Berdiferensiasi di Kelas XI. A SMPN 1 Sape Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 129-138
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana: Jakarta
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan
Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 1(2), 80-94.
Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. PT. Remaja: Bandung
Nurlimah Sugiarti (2022). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD Insan Mulya Kota Baru Driyorejo Gresik. Bapala : Vol. 9. No. 9. 2022, 157-164
Rosdakarya. Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Bandung
Sinar Baru Algesindo: Bandung
Sudjana, N dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung
Sunismi, Werdianingsih, D., Wahyuni, S (2022). Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). CV. Literasi Nusantara Abadi: Malang
Suparwoto. (2004). Kemampuan Dasar Mengajar. FIP Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
Suwartiningsih, S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk
Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4
Sumaatmadja, N. dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Depdiknas UT
Tomlinson, Caarol Ann & Moon, T. (2014). Assessment in a differentiated classroom. Proven Programs in Education. Classroom Management and Assessment, 1-5
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Wiwik Wijayanti. (2011). Student Centered; Paradigma Baru Inovasi Pembelajran: Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol.7, No. 1. Mei 2011: 65-69
You are my aspiration, I have few blogs and often run out from to brand.